Friday 28 October 2016

Anomali

Sebuah keresahan datang menghantuiku. Keresahan yang muncul ini adalah tentang bagaimana memahami anomali dalam hidup. Dalam diri ini muncul sebuah keyakinan bahwa setiap benda, termasuk kita sebagai manusia, memiliki zona anomali yang akan muncul jika terdapat variabel yang tidak sesuai. Para ilmuan akan menganggap sebuah anomali sebagai penyimpangan dan mengabaikannya dengan menyimpulkan suatu hal secara general, dan memang seperti itu pula yang berlaku dalam hidup kita.

Amatilah sekeliling, dan bilang kepadaku, seberapa sering kalian melihat sisi lain kehidupan seseorang. Muncul orang dengan penampilan buruk tapi berjamaah di masjid, diikuti foto yang tersebar dengan kata bijak andalan 'dont judge people with cover', yah, kusebut itu anomali. Penyimpangan. Karena itulah setiap orang kuyakini memiliki zona anomalinya sendiri yang mungkin dia jaga untuk tidak diketahui kalayak. Tapi apakah anomali itu berarti buruk? Tidak. Ini adalah hal wajar, sangatlah wajar. Jadi, sekarang pikirkan, apa anomali kehidupanmu?

Bagiku, anomali bisa tertahan dalam diri dengan melakukan rutinitas. Ini adalah metode yang cukup berhasil. Karena sebagian orang, sepertiku, kadang tidak menyukai beberapa anomali yang terjadi. Pembuatan rutinitas sangatlah simpel, hanya dengan melakukan sesuatu yang terjadwal dan teratur yang kriterianya adalah berlawanan dengan anomali yang kita hindari. tingkat keberhasilannya cukup tinggi karena dengan rutinitas ini, kita akan memaksakan variabel menjadi default, dan saat itulah anomali akan tertutupi. Buruknya? Ledakan sebuah anomali akan terjadi jika kita terlalu tenggelam dengan rutinitas ini dan mengabaikan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi.

Lalu seperti apa anomali yang sedang aku hindari? Sebuah rasa. Rasa yang kadang membuatku berfikir bahwa ada orang lain dalam diriku ini. Dimana secara general, aku adalah makhluk dengan tingkat sosialitas yang tinggi, anomali muncul dalam bentuk rasa kesepian. Kesepian yang aku tak pernah tau dari mana asal datangnya. Rasa kesepian ini yang kuanggap dirasakan oleh diriku yang lain, karena secara historis akulah orang yang selalu meciptakan keramaian. Dan rasa sepi ini, anomali ini, adalah orang lain, diriku yang lain, orang lain yang ternyata adalah diriku sendiri.

Hal ini telah kuhindari dengan rutinitas sosial yang sejauh ini berhasil, lalu booom. Terjadilah ledakan anomali. Sebuah ketakutan. Kekhawatiran akan eksistensi diri. Menjadi seorang dengan pikiran yang pada akhirnya menulis ini, untuk membagikan cerita bahwa setiap orang memiliki zona anomali, dan berpesan kepada kalian untuk bisa menjaga anomali tersebut agar tidak menjadi sebuah ledakan.

Tak perlu melakukan apapun, atau setidaknya itu yang sedang kulakukan. Karena seperti definisinya, anomali hanyalah sebuah penyimpangan. Penyimpangan dari hal umum yang memang adalah diri kita. Karena jika sebuah anomali terjadi terus menerus, tidak bisa kita sebut sebuah penyimpangan, tapi perubahan diri secara permanen, yang artinya kita akan menjadi seseorang yang lain. Semoga diri kita tetaplah kita, dan aku tetaplah aku.
About m_rizalr

Seorang lelaki yang mencari kedewasaan dalam hidupnya, yang percaya bahwa hidup ini adalah film tentang dirinya, dan tak akan melewatkan setiap momen dalam filmnya dengan menuliskannya dalam sebuah Diary, Diary yang menceritakan seorang pemimpi yang bodoh karena tak pernah peduli bahwa ia bisa saja jatuh, Diary yang menceritakan seorang lelaki ini.

You Might Also Like

0 comments:

Post a Comment